Dirgahayu Republik Indonesia
Pemalang- Indonesia telah memasuki tahun ke 76 setelah mengumandangkan proklamasi di tahun 1945. Usia yang tidak bisa dibilang muda, namun juga tidak telalu tua bila dibandingkan dengan negara-negara “tua” yang sudah lebih dahulu merdeka.
Tahun 2021 ini adalah tahun yang berat. Pandemi yang memasuki tahun ke 2 belum menunjukkan tanda tanda akan beranjak. Walaupun situasi ini berlaku secara global, tidak semua negara memiliki kemampuan penanganan pandemi yang imbang. Indonesia, sayangnya, termasuk negara yang harus kembang kempis dalam menghadapi cobaan ini.
Keterlambatan penanganan, meremehkan pandemi, kesalahan kebijakan, kekurangan persiapan dan lain sebagainya menjadikan negara ini menjadi sasaran empuk wabah covid. Gelombang demi gelombah tsunami wabah ini benar benar menguji kualifikasi negara ini sebagai salah satu negara kuat di khatulistiwa. Banyak hal yang diadaptasikan agar pandemi ini segera beranjak. Optimasi teknologi, virtualisasi, penggalakan prokes dan bahkan sampai ke pembatasan dengan berbagai skala diterapkan agar penyebaran pandemi dapat diturunkan.
Upacara peringatan HUT RI kali ini pun tidak luput dari adaptasi selama pandemi. Perayaan dan lomba-lomba yang dulu marak di tiap tiap gang perkampungan, kini sepi! Malam malam tirakatan yang dulu seolah mejadi kewajiban, menjadi momok karena dikuatirkan malah menjadi ajang penyebaran pandemi. Pun demikian dengan Upacara pengibaran bendera. Dahulu, setiap instansi akan berlomba mewajibkan seluruh pegawainya untuk datang dan mengikuti secara langsung upacara di instansi masing-masing. Bahkan tidak jarang, para pimpinan mewajibkan eselon-eselon di bawahnya untuk menggelar acara tersebut semeriah mungkin sebagai wujud apresiasi kemerdekaan RI.
Namun kini, tatanan sudah berubah. Semua giat tatap muka, apalagi yang memungkinkan terjadinya kerumunan, dibatasi, dan bila memungkinkan agar tidak perlu dilaksanakan apabila tidak terlalu penting. Jikalau harus tetap diadakan, maka virtual lah yang menjadi pilihan. Upacara HUT Kemerdekaan RI pun tidak luput dari berbagai macam pembatasan. Sudah tahun ke -2 HUT ini dilaksanakan secara virtual. Istana negara yang memiliki pengamanan dan prokes paling ketat harus mau menahan diri dan hanya mengijinkan peserta yang essensial saja yang boleh mengikuti upacar secara langsung. Sisanya? mengikuti secara virtual.
Kantor Imigrasi Pemalang yang merupakan instansi vertikal yang bertugas di daerah turut mengikuti metode tersebut, upcara secara virtual. Mengikuti instruksi dari pusat, Imigrasi Pemalang berusaha tetap memeriahkan acara ini dengan berbagai limitasi. Hanya pejabat struktural saja yang diperkenankan mengikuti upacara secara virtual besama-sama di area kantor, sedangkan pegawai dan karyawan lainnya harus berpuas diri mengikuti siaran live yang dipancarkan oleh sektrariat negara.
Tidak semeriah tahun tahun kemarin? Iya! Tapi apakah esensi peringatan menurun? Tidak!
Justru ketika pandemi inilah kesetiaan dan kontribusi kita kepada negara akan diuji. Sekuat apakah kita turut mendukung negeri ini untuk terus bertumbuh. Dengan tema Indonesia kuat, Indonesia Tumbuh! Sudah jelas bahwa negara ini mengajak setiap insannya agar tidak menyerah. Adaptasi dan inovasi baru ditengah pandemi harus segera lahir dan diterapkan. Metode metode uzur yang terbukti sudah babak belur dihajar oleh pandemi harus segera dibenahi agar negara ini tidak lantas luluh lantak karena hanya menunggu pandemi berlalu.
Dirgahayu negeriku, kami akan bertumbuh dan semakin kuat!