Hari ini, tepat hari pertama kalender kerja setelah libur lebaran. Kami siap melayani permohonan layanan keimigrasian sahabat Gilang semuanya. Seperti biasa, kami awali kegiatan minggu ini dengan apel pagi bersama sebelum memulai agenda kegiatan minggu ini.

Apel dipimpin oleh Kepala Kantor Imigrasi Pemalang, Arvin Gumilang yang pada kesempatan ini tidak hentinya mengingatkan agar kita selalu menjaga kinerja, sekaligus tetap berpegang pada protokol kesehatan. Disampaikan bahwa kita tidak boleh lengah walaupun sebagian besar dari kita sudah divaksin.

View this post on Instagram

A post shared by Kanim Kelas I Non TPI Pemalang (@imigrasipml)

Kantor Imigrasi Pemalang mengikuti Apel Pagi Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia secara serentak dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri 1442 H bersama Sekretaris Jenderal secara virtual.
Reposted from @imigrasipml

Gilang ngaji siang ini mengundang ustad kenamaan Pemalang: Ustad Suwarno yang mengingatkan hal terkait zakat dan pentingnya memilah halal haram harta kepemilikan kita.

Dijelaskan lebih lanjut, kita harus paham, bahwa zakat adalah hak orang lain yang dititipkan pada harta kita. Jadi zakat itu harus diberikan kepada mereka yang berhak agar harta yang kita bawa menjadi harta yang berkah bagi kita dan keluarga. Selain itu, selain zakat, perlu diperhatikan juga asal-usul harta kita dari mana. Janganlah kita mencampurkan yang haram dengan yang hallal karena itu hanya akan merugikan kita sendiri

Siang ini Gilang Ngaji dibawakan oleh Kasi Inteldakim, Washono.

Beliau mengkisahkan tentang seorang pemuda yang bertanya kepada seorang Ulama terkait tiga hal:

1. Apakah Allah itu ada? Apa buktinya? Sedangkan dia tidak pernah melihat keberadaanNya
2. Bagaimana terjadinya Qada dan Qadar?
3. Iblis terbuat dari api, tapi nanti mereka disiksa di neraka yang terbuat dari api juga, bukankah itu tiada gunanya?

Kemudian setelah itu, sang Ulama lantas menampar sang pemuda dengan sangat keras. Sang pemuda pun marah dan bertanya. Kenapa?

Rupanya tamparan itulah jawaban dari tiga pertanyaan pemuda tadi.

1. Ketika dia ditampar, si pemuda merasakan sakit yang amat sangat. Ditanyakan oleh sang Ulama, apa itu sakit? bukankah sakit itu tiada wujudnya? seperti itulah Allah, kita tidak tahu seperti apa wujudnya, namun kita dapat merasakan keberadaan Allah.
2. Apakah sang pemuda tahu kapan akan ditampar? Apakah dia mendapat firasat sebelumnya? Tidak jawabnya. Itulah Qada dan Qadar, takdir bergerak sesuai dengan kehendak Allah, tiada yang tahu isi dari takdir kecuali Allah SWT.
3. Syaiton memang terbuat dari api, dan nerakapun sama. Namun ketika pemuda itu ditampar, pipi yang terbuat dari daging, terasa sangat sakit ketika bertemu dengan daging. Begitulah hakikat syaiton nanti di neraka, walaupun sama terbuat dari api, rasa siksanya pasti akan sangat terasa.

Disimpulkan dari alkisah tersebut, hendaknya kita memahami agama, tidak hanya cuma berpegang pada logika saja, tapi juga percaya.

View this post on Instagram

A post shared by Kanim Kelas I Non TPI Pemalang (@imigrasipml)